Forsan Salaf

Di Balik Pemujaan Wahabi

Islam sama sekali tak bisa dilepaskan dari sosok Baginda Nabi SAW. Beliau adalah insan yang menerima wahyu dari Allah SWT untuk memberikan pencerahan kepada umat manusia dengan agama yang sempurna ini. Tiada sosok yang patut diagungkan di muka bumi melebihi Baginda Nabi SAW. Segenap keindahan fisik dan budi pekerti terdapat dalam figur Baginda Rasulullah SAW. Mencintai Baginda Nabi SAW adalah bagian dari mencintai Allah SWT. Beliau bersaba: (lebih…)

Tabarruk dalam Ajaran Islam

surban1Dalam dunia pesantren di tanah air ini, kita sering menjumpai pemandangan di mana para santri saling berebut untuk bisa menghabiskan kopi atau teh dari cangkir sisa gurunya. Fenomena itu lebih dikenal sebagai ngalap berkah. Ngalap berkah adalah salah satu nilai yang diajarkan dalam agama Islam dan bukanlah hal baru, sebab generasi sahabat dan para salaf telah meneladankan tradisi tersebut. (lebih…)

Wahabi-Salafi Menentang Syeikh Ibnu Taimiyah

Tak dipungkiri, banyak umat Islam resah dengan keberadaan Wahabi alias Salafy — demikian mereka menjatidirikan kelompoknya. Cara dakwah yang mereka lakukan, membuat umat Islam gerah. Mereka kerap mencela, bahkan menista ulama besar dan gerakan Islam di luar kelompoknya. Pelbagai tuduhan, hujatan, dan lontaran kata-kata kasar keluar dari mulut kaum Wahabi. Dengan enteng, mereka memberi cap-cap (stigma) buruk dengan sebutan ahlu bid’ah, khurafi, penyembah kubur, gerakan sempalan sesat, kepada tokoh dan gerakan Islam yang bukan kelompoknya. Anehnya,  ketika (ulama) wahabi dikritik gerakan Islam lain karena hujjahnya, mereka tidak rela, bahkan menyerang balik habis-habisan para pengkritiknya.

Sebetulnya, kalau mereka mau menelaah ulang kitab para pendahulunya, seperti Ibnu Taimiyah sebagai tokoh sentral mereka. Mereka akan sadar bahwa Ibnu Taimiyah sendiri tidak se-ekstrem kaum salafi sekarang. Peringatan maulid misalnya, Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa merayakan maulid dengan dasar cinta Nabi Saw. adalah bernilai pahala. Kaum wahabi berpendapat sebaliknya. Mereka mengatakan perbuatan itu sebagai bid’ah, kurafat, dan pengkultusan yang ujung-ujungnya adalah syirik.

Bagi masyarakat Muslim, jika ada kelompok yang suka menyalahkan, mencaci-maki dan membid’ahkan amalan-amalan ahlussunnah, cukuplah dijawab dengan dalil-dalil imam mereka sendiri, yang akan kita bahas satu persatu. Dijamin, mereka bakal kelabakan dan diam seribu bahasa. Sebab, nyatanya mereka melabrak pendapat-pendapat para imam mereka sendiri.

Berikut kami tunjukkan beberapa bukti yang shahih.

PERTAMA, tentang maulid. Ibnu Taimiyah dalam kitabnya, Iqtidha’ as-Sirath al-Mustaqim hal.269 menyatakan bahwa mereka yang mengagungkan maulid mendapat pahala besar karena tujuan baik dan pengagungan mereka kepada Rasulullah Saw..”

Video berikut akan memperjelas buktinya

Terjemah narasi:

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta. Amma ba’du

Peringatan maulid Nabi Saw. itu tergolong bid’ah hasanah. Peringatan semacam ini sudah ditradisikan sejak ratusan tahun lalu. Peringatan ini merupakan kesepakatan yang dilakukan oleh raja-raja, para ulama’, masayikh. Termasuk para ahli hadits, pakar fikih, orang-orang zuhud, para ahli ibadah dan berbagai individu dari kalangan awam.

Di samping itu, peringatan ini punya dasar kuat yang diambil dengan cara istinbath seperti telah dijelaskan Imam al-Hafid Ibnu Hajar dan para ulama ahlussunnah lainnya.

Diantara bidah dan kesesatan para penentang tawassul, mereka mengharamkan maulid dengan ekstrem. Bahkan seorang tokoh mereka, Abubakar Aljazairi –semoga Allah memberinya petunjuk- menyatakan, sembelihan yang disediakan untuk suguhan maulid lebih haram dari babi. Wal iyadzu billah, semoga Allah melindungi kita dari membenci Rasulillah Saw.

Begitu antinya mereka terhadap maulid. Namun yang menarik, Ibnu Taimiyah sendiri tidak mengharamkan, bahkan dalam sebagian fatwanya dia katakan, “Jika maulid dilaksanakan dengan niat baik akan membuahkan pahala,” artinya sah-sah saja dilakukan.

Marilah kita simak kitab Iqtidha’ as-Sirath al-Mustaqim karya seorang filosof mujassim Ahmad ibn Taimiyah (meninggal tahun 728 hijriah) cet. Darul Fikr Lebanon th.1421 H. Pada hal.269 Ibnu Taimiyah berkata,

“Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutinan, segolongan orang terkadang melakukannya. Dan mereka mendapatkan pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya kepada Rasulullah Saw..”

Jika semua ini telah jelas, maka bersama siapakah kelompok sempalan wahabi ini? Mereka tidak bersama ahlussunnah wal jamaah. Tidak pula bersama tokohnya, Ibnu Taimiyah. Sepatutnya mereka mencela diri mereka sendiri, dan bertaubat dari kesesatan mereka selama masih ada kesempatan. Cukuplah sebagai kehinaan, penilaian buruk mereka terhadap hal yang telah disepakati kaum muslimin berabad-abad di penjuru timur dan barat bumi.

Segala puji bagi Allah yang telah memberi kita taufiq untuk menjelaskan hal ini. Semoga salawat dan rahmat Allah tetap tercurah atas Rasulullah Saw..

KEDUA, Ibnu Taimiyah meriwayatkan kisah Abdullah bin Umar yang sembuh dari lumpuhnya setelah ia ber-istighasah dengan memanggil nama Rasulullah Saw..

Simak video berikut:

Terjemahnya:

Alhamdulillah Rabbil Alamin. Salawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad Saw.. Amma ba’du, ini adalah kitab “al-Kalimut Toyyib” karya filsuf mujassim Ahmad bin Taimiyah al Harrani (w.728 H) cet. Darul kutub ilmiyah Beirut 1417 H

“عن الهيثم بن حنش قال كنا عند عبد الله بن عمر رضي الله عنهما فخدرت رجله أي أصابها مثل شلل فقال له رجل اذكر أحب الناس إليك فقال يا محمد فكأنما نشط من عقال -أي تعافى فورا-“.

Pada halaman 123 Ibnu Taimiyah berkata

“Dari al-Haitsam bin Hanasy dia berkata, ‘Kami sedang bersama Abdullah bin Umar r.a. tatkala tiba-tiba kakinya mendadak lumpuh, maka seorang menyarankan ‘sebut nama orang yang paling kau cintai!’ maka Abdullah bin Umar berseru, ‘Ya Muhammad!’ maka dia pun seakan-akan terlepas dari ikatan, artinya sembuh seketika.”

Inilah yang diterangkan Ibnu Taimiyah dalam kitabnya “al-Kalimut Toyyib” (perkataan yang baik), yakni dia menilai baik semua isi kitabnya.

Yang dilakukan Abdullah bin Umar ini adalah istighatsah dengan Rasulullah Saw. dengan ucapan ‘Ya Muhammad’

Dalam Islam ini diperbolehkan, Ibnu Taimiyah menganggapnya baik, menganjurkannya, dan mencantumkan dalam kitabnya, “al-Kalimut Toyyib”.

Ini menurut wahabi sudah termasuk kufur dan syirik, artinya istighasah dengan memanggil Nabi Saw. setelah beliau wafat adalah perbuatan kafir dan syirik menurut wahabi.

Apa yang akan dilakukan kaum wahabi sekarang? Apakah mereka akan mencabut pendapatnya yang mengkafirkan orang yang memanggil ‘Ya Muhammad’ ataukah mereka tidak akan mengikuti Ibnu Taimiyah dalam masalah ini? Padahal dialah yang mereka juluki Syeikhul islam.

Alangkah malunya mereka, alangkah malunya para imam yang diikuti Ibn Abdil Wahab karena pendapatnya bertentangan dengan pendapat kaum muslimin.

Dalam hal ini, kaum wahabi, dengan akidah mereka yang rusak, telah mengkafirkan Ibnu Taimiyah, karena ia telah menganggap baik hal yang syirik dan kufur menurut anggapan mereka.

Ini semua adalah bukti bahwa mereka adalah kelompok mudzabdzab (plin-plan),  kontradiksi dan menyimpang dari ajaran Ahlussunnah wal Jamaah

Segala puji selamanya bagi Allah, di permulaan dan penghujung.

KETIGA, dalam Majmu Fatawanya Jilid 4 Hal.379 Ibnu Taimiyah mengakui keberadaan wali qutb, autad dan abdal. Dia juga menegaskan, jika malaikat membagi rejeki dan mengatur alam maka orang-orang saleh bisa berbuat lebih dari para malaikat. Apalagi para wali qutb, Autad, Ghauts, wali abdal dan Nujaba’. (Scan kitab klik di sini)

وَقَدْ قَالُوا : إنَّ عُلَمَاءَ الْآدَمِيِّينَ مَعَ وُجُودِ الْمُنَافِي وَالْمُضَادِّ أَحْسَنُ وَأَفْضَلُ . ثُمَّ هُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ يُلْهَمُونَ التَّسْبِيحَ كَمَا يُلْهَمُونَ النَّفَسَ ؛ وَأَمَّا النَّفْعُ الْمُتَعَدِّي وَالنَّفْعُ لِلْخَلْقِ وَتَدْبِيرُ الْعَالَمِ فَقَدْ قَالُوا هُمْ تَجْرِي أَرْزَاقُ الْعِبَادِ عَلَى أَيْدِيهِمْ وَيَنْزِلُونَ بِالْعُلُومِ وَالْوَحْيِ وَيَحْفَظُونَ وَيُمْسِكُونَ وَغَيْرُ ذَلِكَ مِنْ أَفْعَالِ الْمَلَائِكَةِ . وَالْجَوَابُ : أَنَّ صَالِحَ الْبَشَرِ لَهُمْ مِثْلُ ذَلِكَ وَأَكْثَرُ مِنْهُ وَيَكْفِيك مِنْ ذَلِكَ شَفَاعَةُ الشَّافِعِ الْمُشَفَّعُ فِي الْمُذْنِبِينَ وَشَفَاعَتُهُ فِي الْبَشَرِ كَيْ يُحَاسَبُوا وَشَفَاعَتُهُ فِي أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَدْخُلُوا الْجَنَّةَ . ثُمَّ بَعْدَ ذَلِكَ تَقَعُ شَفَاعَةُ الْمَلَائِكَةِ وَأَيْنَ هُمْ مِنْ قَوْلِهِ : { وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ } ؟ وَأَيْنَ هُمْ عَنْ الَّذِينَ : { وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ } ؟ وَأَيْنَ هُمْ مِمَّنْ يَدْعُونَ إلَى الْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ ؛ وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً ؟ وَأَيْنَ هُمْ مِنْ قَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” { إنَّ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَشْفَعُ فِي أَكْثَرَ مِنْ رَبِيعَةَ وَمُضَرَ } ” ؟ وَأَيْنَ هُمْ مِنْ الْأَقْطَابِ وَالْأَوْتَادِ والأغواث ؛ وَالْأَبْدَالِ وَالنُّجَبَاءِ ؟

Apakah ini pendapat Ibnu Taimiyah ini tergolong khurafat, takhayul dan bid’ah? Adakah dasarnya dari Qur’an dan Sunnah?

KEEMPAT, tentang hadiah pahala, Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa barangsiapa mengingkari sampainya amalan orang hidup pada orang yang meninggal maka ia termasuk ahli bid’ah. Dalam Majmu’ fatawa jilid 24 halaman 306 ia menyatakan, “Para imam telah sepakat bahwa mayit bisa mendapat manfaat dari hadiah orang lain. Ini termasuk hal yang pasti diketahui dalam agama Islam, dan telah ditunjukkan dengan dalil kitab, sunnah, dan ijma’ (konsensus) ulama’. Barang siapa menentang hal tersebut, maka dia termasuk ahli bid’ah”. (Scan kitab klik di sini)

Hal senada juga diungkapkannya berulang-ulang di kitabnya, Majmu’ Fatawa, diantaranya  pada Jilid 24 hal. 324 (scan kitab klik di sini)

KELIMA, tentang tasawuf. Dalam kumpulan fatwa jilid 10 hal. 507, Syeikh Ibnu Taimiyah berkata, “Adapun para imam sufi dan para syeikh yang dulu dikenal luas, seperti Imam Juneid bin Muhammad beserta pengikutnya, Syeikh Abdul Qadir Jaelani serta yang lainnya. Maka, mereka adalah orang-orang yang paling teguh dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.”

Selanjutnya, pada jilid. 11 hal. 18 Ibnu Taimiyah berkata,

والصواب أنهم مجتهدون في طاعة الله

“Yang benar, para sufi adalah mujtahidin dalam taat kepada Allah.” (scan kitab klik di sini)

KEENAM, pujian Ibnu Taimiyah terhadap para ulama sufi. Berikut ini kutipan dari surat panjang Ibnu Taimiyah pada jamaah Imam Sufi Syekh Adi bin Musafir Al Umawi, (Majmu’ Fatawa jilid 3 hal. 363-377). Ini sudah cukup menjadi bukti, begitu hormatnya Ibnu Taimiyah pada kaum sufi.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مِنْ أَحْمَدَ ابْنِ تيمية إلَى مَنْ يَصِلُ إلَيْهِ هَذَا الْكِتَابُ مِنْ الْمُسْلِمِينَ الْمُنْتَسِبِينَ إلَى السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ ؛ الْمُنْتَمِينَ إلَى جَمَاعَةِ الشَّيْخِ الْعَارِفِ الْقُدْوَةِ . أَبِي الْبَرَكَاتِ عَدِيِّ بْنِ مُسَافِرٍ الْأُمَوِيِّ ” – رَحِمَهُ اللَّهُ – وَمَنْ نَحَا نَحْوَهُمْ –

Dari Ahmad Ibnu Taimiyah kepada penerima surat ini, kaum muslimin yang tergolong Ahlussunnah wal Jamaah, yang bernisbat pada jamaah Syeikh al-Arif, seorang panutan, Yang penuh berkah, Adi bin Musafir Al Umawi (Scan kitab klik di sini)

وَلِهَذَا كَثُرَ فِيكُمْ مِنْ أَهْلِ الصَّلَاحِ وَالدِّينِ..

Karenanya, banyak diantara kalian orang-orang saleh yang taat beragama.. (scan kitab klik di sini)

وَفِي أَهْلِ الزَّهَادَةِ وَالْعِبَادَةِ مِنْكُمْ مَنْ لَهُ الْأَحْوَالُ الزَّكِيَّةُ وَالطَّرِيقَةُ الْمَرْضِيَّةُ وَلَهُ الْمُكَاشَفَاتُ وَالتَّصَرُّفَاتُ . وَفِيكُمْ مِنْ أَوْلِيَاءِ اللَّهِ الْمُتَّقِينَ مَنْ لَهُ لِسَانُ صِدْقٍ فِي الْعَالَمِينَ

Diantara orang-orang zuhud dan ahli ibadah dari golongan kalian terdapat mereka yang punya kepribadian bersih,  jalan yang diridoi, ahli mukasyafah dan tasarruf. Diantara kalian juga terdapat para wali Allah yang bertakwa dan menjadi buah tutur yang baik di alam raya. (Scan kitab klik di sini)

Cermati kata-kata yang dipakai  Ibnu Taimiyah dalam risalahnya berikut: panutan, Abil barakat, berkepribadian bersih,  jalan yang diridoi, ahli mukasyafah dan tasarruf, para wali Allah. Semua itu menyuratkan pengakuan beliau akan kebesaran orang-orang sufi yang bersih hati. Adakah orang-orang wahabi sekarang ini meneladani beliau?

Surat tersebut selengkapnya juga bisa dibaca di Maktabah Syamilah versi 2 Juz 1 hal. 285-286.

KETUJUH, Ibnu Taimiyah mengakui khirqah sufiyah dalam kitabnya, Minhajus Sunnah Jilid 4 Hal. 155

الخرق متعددة أشهرها خرقتان خرقة إلى عمر وخرقة إلى علي فخرقة عمر لها إسنادان إسناد إلى أويس القرني وإسناد إلى أبي مسلم الخولاني وأما الخرقة المنسوبة إلى علي فإسنادها إلى الحسن البصري

“Khirqah itu ada banyak macamnya. Yang paling masyhur ada dua, yakni khirqah yang bersambung kepada Sayidina Umar dan khirqah yang bersambung kepada Sayidina Ali bin Abi Thalib. Khirqah Umar memiliki dua sanad, sanad kepada Uwais Al-Qarniy dan sanad kepada Abu Muslim Al-Khawlaniy. Adapun khirqah yang dinisbatkan kepada Ali bin Abi Thalib, sanadnya sampai kepada Imam Hasan Al-Bashri.” (Scan kitab klik di sini)

Jelas sudah, Ibnu Taimiyah menyatakan keberadaan sanad khirqah ini. Lantas, apakah beliau punya sanad khirqah? Dalam kitab yang sama beliau memberi jawab,

وقد كتبت أسانيد الخرقة لأنه كان لنا فيها أسانيد

“Aku telah menulis sanad-sanad khirqah, karena kami juga punya beberapa sanad khirqah” (scan kitab klik di sini)

Kini kita telah paham, Ibnu Taimiyah ternyata memiliki khirqah. Tak hanya satu, tapi beberapa. Lantas apakah Syaikh-syaikh wahabi saat ini juga punya khirqah seperti halnya Ibnu Taimiyah?.

KEDELAPAN, Pernyataan bahwa seluruh alam takkan diciptakan kalau bukan karena Rasulullah Saw. bisa dibenarkan. (Majmu’ Fatawa jilid 11 hal. 98)

وَمُحَمَّدٌ إنْسَانُ هَذَا الْعَيْنِ ؛ وَقُطْبُ هَذِهِ الرَّحَى وَأَقْسَامُ هَذَا الْجَمْعِ كَانَ كَأَنَّهَا غَايَةُ الْغَايَاتِ فِي الْمَخْلُوقَاتِ فَمَا يُنْكَرُ أَنْ يُقَالَ : إنَّهُ لِأَجْلِهِ خُلِقَتْ جَمِيعهَا وَإِنَّهُ لَوْلَاهُ لَمَا خُلِقَتْ فَإِذَا فُسِّرَ هَذَا الْكَلَامُ وَنَحْوُهُ بِمَا يَدُلُّ عَلَيْهِ الْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ قُبِلَ ذَلِكَ

“Nabi Muhammad Saw. adalah esensi kedua mata ini. Beliau adalah poros segala pergerakan alam ini. Ia laksana puncak dari seluruh penciptaan. Maka tak bisa ditepis lagi bahwa untuk beliaulah seluruh alam ini diciptakan. Kalau bukan karena beliau, takkan wujud seluruh semesta ini. Bila ucapan ini dan semisalnya ditafsir sesuai dengan Al-Quran dan Hadis maka hendaknya diterima.”  (Scan kitab klik di sini)

Demikianlah sekelumit data dari hasil penelitian obyektif pada kitab-kitab Ibnu Taimiyah sebagai rujukan kaum wahabi. Tak ada sentimen pribadi yang melandasi tulisan ini. Kami hanya berharap semua pihak bisa menerima kebenaran secara obyektif, lalu tak ada lagi sikap cela-mencela di antara sesama muslim. Ibnu KhariQ

Rambut Abu Mahdzuroh

Nama beliau adalah Aus bin Rabiah bin Mi’yar bin Uraij bin Sa’ad bin Jumah. Ada yang mengatakan nama beliau adalah Salman bin Samurah, atau Salamah bin Samurah. Ada juga yang mengatakan nama beliau adalah Mi’yar bin MuhayrizBerkata Abu Umar : Zubair dan pamannya serta Ibnu Ishaq Al Musayyabi bersepakat bahwa nama asli Abu Mahdzuroh adalah Aus. Mereka adalah orang yang paling mengerti dalam hal ansabu quraisy. Pendapat yang mengatakan beliau bernama Salamah adalah keliru

Adz-Dzhabi, semoga Allah merahmatinya berkata : Abu Mahdzuroh adalah mu’adzdzin masjidil haram, dan termasuk sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dia termasuk orang yang suaranya merdu

Suatu ketika Nabi menyuruh beberapa orang mengumandangkan adzan secara bergantian

Abu Mahdzuroh berkata, “Aku mendapat giliran terakhir. Ketika usai mengumandangkan adzan, Rasulullah memanggilku, ‘kemarilah !’ kata beliau. Rasulullah mendudukkanku di depanya, melepas serbanku, kemudian mengusap ubun-ubunku, kemudian beliau berdo’a :

اللهم بارك فيه، وأهده إلى الإسلام

“Ya Allah, berkahilah dia dan tunjukkan dia ke jalan Islam”

Beliau memberkahiku hingga tiga kali kemudian bersabda :

اذهب فأذن عند البيت الحرام

“Pergilah, kumandangkan adzan di Baitullah!”

Aku bertanya, “Bagaimana caranya Ya Rasulallah?”

Beliau mengajariku adzan sebagaimana para sahabat. Di waktu shubuh ada kalimat

الصلاة خير من النوم

Dan beliau mengajarkan iqomah dua kali tiap-tiap kalimat

Setelah Nabi mengusap ubun-ubunnya, Abu Mahdzuroh berkata, “Demi Allah, tak akan kupotong rambut ini sampai aku mati.

Benar! Abu Mahdzuroh membiarkan rambut ubun-ubunnya memanjang hingga separo tinggi badannya hingga beliau kembali ke rahmatullah karena usapan tangan mulia Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

Beliau—semoga Allah meridhoinya—mengumandangkan adzan hingga wafat tahun 54 H. putranya maju menggantikan beliau, kemudian cucunya, turun temurun hingga masa Imam Asy Syafi’i

Tentang panjangnya rambut sahabat Abu Mahdzuroh ini, disebutkan dalam Al Mustadrak ala ash shohihain, juz 4 hal 658 :

أن أبا محذورة ، كانت له قصة في مقدم رأسه إذا قعد أرسلها فتبلغ الأرض ، فقالوا له : ألا تحلقها ؟ فقال : إن رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم مسح عليها بيده ، فلم أكن لأحلقها حتى أموت . لم يحلقها حتى مات

Sesungguhnya Abu Mahdzuroh, mempunyai kisah tentang rambut bagian depannya yang panjang. Apabila beliau duduk dan menguraikannya, maka rambutnya menjuntai ke tanah

Teman-temannya berkata, “Mengapa tidak kau potong saja rambutmu?”

“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah mengusapnya dengan tangan beliau. Aku tak akan memotongnya hingga mati”

Demikianlah, beliau tak memotong rambut yang pernah disentuh tangan mulia Rasulullah hingga akhir hayatnya

Wallahu a’lam bish showab

DI TANGAN WAHABI, ISLAM MENJADI ANEH

gbrEntah mengapa, semenjak munculnya Muhammad bin Abdul Wahab sebagaimana disabdakan oleh nabi sebagai tanduk syetan, islam menjadi aneh. Perubahan banyak terjadi. Halal menjadi haram, haram menjadi halal.

Ibadah menjadi bid’ah dan bid’ah menjelma jadi ibadah. Orang alim yang ilmu agamanya luas dianggap bodoh, sedangkan orang bodoh hanya bermodalkan buku-buku bacaan pasaran menjadi ahli hadits yang posisinya melebihi Imam Bukhari

Keanehan-keanehan itu semakin menjadi-jadi seiring bergulirnya waktu. Nikah menjadi haram, zina dihalalkan. Ayam goreng yang semula halal menjadi haram, malah daging anjing menjadi halal

Demikianlah fitnah-demi fitnah terus melanda kaum muslimin hingga hari ini

Dulu, negeri kita Indonesia, belum mengenal Islam, hingga datanglah para da’i dari berbagai negeri islam, terutama dari YAMAN. Mereka berdakwah dengan santun hingga Islam menyinari Nusantara. Dari kegelapan animisme dan dinamisme menuju cahaya Islam yang terang benderang

Sungguh benar apa yang disabdakan Nabi

أتاكم أهل اليمن، هم أرق أفئدة وألين قلوباً، الإيمان يمان والحكمة يمانية

Datang kepada kalian penduduk Yaman. Mereka orang yang lembut hatinya serta halus perasaannya. Iman itu Yaman, hikmah itu Yaman

Ajaran para wali penyebar islam itu kemudian menjadi modal utama bangsa ini dalam menghadapi bermacam-macam penjajah yang ingin menguasai tanah air kita

Dimulai dari Portugis, Inggris, Belanda hingga Jepang ratusan tahun bangsa kita dirongrong habis-habisan secara fisik maupun aqidah

Belum lagi rongrongan aqidah yang dibawa oleh gerombolan PKI yang membawa faham komunis Rusia

Ditambah lagi faham komunis dari Saudi yang jauh lebih licik dari ajaran atheis. Mereka berupaya membujuk rayu masyarakat dengan symbol-simbol islam. Seakan-akan mereka berkata, “KAMI DATANG DARI NEGERI NABI KALIAN, MEKKAH DAN MADINAH. KAMI DATANG MEMBAWA TAUHID, IKUTILAH KAMI PASTI KALIAN MASUK SURGA.” dan berbagai bualan yang menggiurkan
Belanda ingin menjadikan kita Negara boneka, jepang ingin memperalat kita dalam perang asia timur raya, komunis rusia ingin menjadikan kita tak mengenal tuhan, komunis Saudi ingin menguasai Negara dan menjadikan kita pemuja syetan Nejd

Berhasilkah para penjajah tadi?

Berhasil juga, sekalipun sedikit. Penjajah eropa meninggalkan agama Kristen. Komunis rusia meninggalkan faham atheis, syi’ah Iran berhasil menyelinap masuk, dan ada pula Komunis Saudi (baca: Wahabi)

Andai saja tak ada ajaran Walisongo yang mengajak kita mengenal Tauhid dan Sunnah Rasulullah Saw, tak dapat kita bayangkan jadi apa Negara kita ini

Singkatnya, jangan percaya sama yang aneh-aneh, sekalipun diiming-imingi surga. Jangan gampang percaya penampilan luar sekalipun nampak sangat Islami. Kenali berbagai kejanggalannya. Biasanya tidak rukun dengan tetangga, suka menyendiri, kedatangan tamu misterius, tak punya sopan santun. Pokoknya, Islam palsu pasti akan terdapat banyak keanehan

Qana’ah yang Serba Indah

Kalam Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi

Qana’ah adalah suatu sikap merasa cukup dengan pembagian rizki yang diberikan Allah, dan menyandarkan kebutuhan hanya kepada Allah SWT. Seorang yang qana’ah akan memohon hanya kepada-Nya, tidak kepada yang lain. Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad bersyair:

Andai dirimu ridha dengan bagian yang dijatahkan kepadamu, niscaya dirimu hidup penuh kenikmatan.

Namun bila dirimu tiada pernah ridha, maka dirimu senantiasa dalam kegundahan. (lebih…)

Biografi Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Di kalangan salafi (wahabi), lelaki satu ini dianggap muhaddis paling ulung di zamannya. Itu klaim mereka. Bahkan sebagian mereka tak canggung menyetarakannya dengan para imam hadis terdahulu. Fantastis. Mereka gencar mempromosikannya lewat berbagai media. Dan usaha mereka bisa dikata berhasil. Kalangan muslim banyak yang tertipu dengan hadis-hadis edaran mereka yang di akhirnya terdapat kutipan, “disahihkan oleh Albani, ”. Para salafi itu seolah memaksakan kesan bahwa dengan kalimat itu Al-Albani sudah setaraf dengan Imam Turmuzi, Imam Ibnu Majah dan lainnya. (lebih…)

Diantara Keajaiban Mata

mataAlam ciptaan Allah sungguh amat mempesona. Keindahannya tak bisa kita pungkiri lagi. Ketika kita melihat taman-taman yang indah dan tanah-tanah yang lapang. Ketika kita melihat kesegaran rumput hijau di pagi yang cerah. Tatkala kita melihat berbagai wajah-wajah dengan aneka ragam bahasa dan warna kulit….. Belum lagi aneka bunga, tanaman, hewan, dan makhluk lainnya yang mempesona mata. Pernahkah terpikir oleh kita ―saat terbangun di pagi hari dan menyaksikan ribuan nikmat itu― apa makna di balik semua keindahan ciptaan Allah SWT ini?
Saya yakin banyak diantara kita yang menjadi lebih suntuk ketika hari berganti menjadi petang. Matahari kian tenggelam di ufuk Barat. Suasana menjadi gelap, taman-taman yang tadinya indah kini tak tampak lagi. Warna alam yang menggairahkan seakan menjadi pudar. Sekali lagi coba Anda renungkan nikmat penglihatan yang Tuhan berikan kepada anda. Setiap panca indera yang dianugerahkan kepada kita menempati porsi kebahagiaan yang tertentu pula. Mata, hidung, telinga, lidah dan kulit semuanya memiliki prosentase kenikmatan yang berbeda. Saya juga yakin Anda sependapat bahwa diantara kelima panca indera itu, mata merupakan salah satu yang paling besar peranannya.
Tanpa penglihatan, bukan hanya kenikmatan penglihatan saja yang hilang, tapi kenikmatan panca indera yang lain juga akan berkurang. Ketika anda tidak bisa melihat makanan yang dihidangkan maka anda tidak akan bisa merasakan kenikmatan makanan itu dengan benar. Anda pun tak akan menikmati sejuk udara pagi dengan santai tanpa menyaksikannya secara langsung. Musik pun tak akan terdengar merdu di telinga Anda. Oleh sebab itulah kita harus pandai-pandai menyelami hakikat dari indera yang amat berharga ini.
Betapa besar mata telah menghibur anda hingga saat ini! Perhatikan saat-saat anda berlibur ke pantai menyaksikan hamparan pasir putih dengan pantainya yang berkilau diterpa sinar matahari. Sementara di ujung yang lain sebuah tanjung terhampar dengan indahnya. Cobalah merenungi suasana ketika anda bepergian ke puncak gunung sembari menyaksikan keindahan kota dibawah sana. Ketika kita bersantai dirumah, berapa banyak jam yang kita habiskan menikmati acara televisi hari demi hari? Sungguh hingga saat ini kita telah banyak melupakan syukur atas nikmat penglihatan yang Allah berikan.
Dalam surat As-Sajdah ayat 9 Allah berfirman: ”Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” Jauh sebelum kita diciptakan, Allah sudah mengetahui bahwa kita akan mendustakan kenikmatan ini dengan tidak mensyukurinya. Di ayat yang lain disebutkan : ”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur.” (An-Nahl : 78)
Pendengaran dan penglihatan merupakan dua jendela yang menghubungkan manusia dengan alam luar. Telinga meningkatkan intelektualitas, konsentrasi dan pemahaman seseorang sedangkan mata menyuguhkan tampilan alam. Dengan mata ini pula kita bisa belajar dan menulis serta melakukan pekerjaan sehari-hari dengan sempurna. Dengan dua nikmat agung ini kita dicetak menjadi manusia yang cerdas, intelek dan tanggap terhadap lingkungan. Al-Qur’an menyebutkan dua indera ini lebih banyak daripada indera dan organ tubuh lainnya.
Secara anatomis mata kita berada pada tempat yang amat terlindung. Rongga tersebut menampung 30cc volume. Tulang-tulang yang melingkar di sekeliling mata diciptakan dengan sempurna sehingga mata aman dari trauma. Disamping atas, dibagian bawah dan tengah dari tiap mata terdapat suatu rongga dari tulang yang disebut sinus. Sinus ini berfungsi sebagai Shock Absorber (peredam kejut) sehingga sewaktu-waktu tulang tersebut mengalami trauma, maka tekanannya akan diserap oleh sinus dan mengurangi tekanan yang masuk ke dalam mata. Sang Pencipta meletakkan organ istimewa ini pada tempat yang aman dan melengkapinya dengan berbagai sarana penjagaan.
Di sisi depan, mata dilindungi oleh kelopak yang memiliki reflek menutup dengan amat cepat, sehingga sepersekian detik saja sudah bisa menutup ketika ada sesuatu yang akan masuk. Dilengkapi dengan bulu, menjadikan mata aman terhadap partikel padat maupun cair. Di sudut bagian samping atas dari rongga mata terdapat kelenjar penghasil air mata yaitu kelenjar lakrimalis. Kelenjar ini senantiasa memproduksi air mata (tear film) yang akan membasahi permukaan mata dan mencuci mata dari debu-debu dan partikel kotoran yang senantiasa masuk. Cairan ini sangat istimewa fungsinya. Selain membunuh kuman-kuman yang masuk, cairan ini juga mengatur tekanan dalam bola mata dan memberikan nutrisi kepada bagian mata terluar yaitu Kornea.
Berkurangnya cairan mata dalam waktu tertentu akan menyebabkan suatu gejala kekeringan mata yang disebut Xeroftalmia. Penyakit ini akan menyebabkan kebutaan jika tidak ditangani dengan segera. Bersyukurlah anda yang memiliki mata yang sehat dan memiliki air mata yang sehat juga setiap saat, karena jika tidak, maka anda akan menggunakan tetes air mata buatan sepanjang hidup ! Berfirman Allah dalam surat Al-An’aam 46 yang artinya : ” Katakanlah: ’Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah uhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?’ Perhatikanlah, bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga).”
Kornea sehat yang anda miliki juga sangat mahal harganya. Cangkok kornea di Amerika bagi orang-orang dengan parut kornea (makula) memakan biaya hingga US$ 8700 atau sekitar 80 juta rupiah untuk satu mata. Prosedurnya pun harus mengantri lama, karena donor kornea yang biasanya didapat dari negara Asia Barat seperti India dan Srilanka makin jarang didapat akhir-akhir ini. Operasi cangkok kornea termasuk operasi besar dengan komplikasi yang besar dan kemungkinan keberhasilan yang relatif kecil. Oleh karena itu panjatan beribu-ribu syukur layak Anda lantunkan kepada-Nya yang telah menganugerahi anda dengan kesempurnaan hingga saat ini.
Siapakah yang mampu menciptakan penglihatan yang menakjubkan ini selain Allah? Penglihatan dan mata adalah karunia besar dari Sang Pencipta kepada hamba-Nya, bukti konkrit keajaiban penciptaan manusia yang menyaksikan Keagungan-Nya. Apakah sama antara orang yang buta dengan orang yang melihat, cahaya dan kegelapan? Mahasuci Allah yang telah mencipta segala sesuatu, pada Tangan-Nya lah kerajaan bumi dan langit, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Proses melihat kita dimulai dari jatuhnya cahaya pada obyek yang kita lihat. Cahaya sendiri dipancarkan oleh matahari yang berjarak 93 juta kilometer dari bumi. Sinar ini akan mencapai bumi dalam waktu 8 menit. Pantulan cahaya dari obyek kemudian akan masuk mata melalui lensa mata. Lensa ini berfungsi menyatukan sudut-sudut yang dibentuk sinar-sinar tersebut. Setelah bersatu, sinar ini akan melewati pupil dan menembus bagian dalam bola mata yang transparan dan akan berakhir di retina. Retina adalah syaraf mata yang akan meneruskan rangsangan penglihatan ke otak.
Ketika kita sedang menyaksikan suatu obyek, maka obyek itu akan terlihat sebagai benda tunggal. Padahal, kedua bola mata sama-sama menerima rangsang cahaya dalam retina. Hal ini karena kedua retina akan berkongruensi atau bekerja sama dalam menyatukan titik cahaya. Keduanya akan memperpanjang diri sebagai saraf otak dan saling menyilang didasar otak untuk kemudian dilanjutkan ke bagian samping dan belakang otak (area 17 Brocca) untuk kemudian diinterpretasikan mulai bentuk, warna, jarak dan dimensinya. Sungguh keindahan ciptaan Allah SWT ini tak terjangkau oleh pikiran dan ilmu kita yang terbatas.
Alangkah malangnya bagi kita yang dengan penglihatan yang sehat lalu mempergunakannya untuk melihat barang-barang yang haram dan maksiat. Alangkah tidak beruntungnya mereka yang mempergunakan organ yang bersih untuk melihat sesuatu yang kotor. Dengan berbuat demikian sama artinya kita tidak mengindahkan nikmat Allah ini. Naudzubillahi min dzalik. Sebaliknya, beruntunglah diantara kita yang mempergunakannya di jalan yang benar, memakainya untuk membaca Al-Qur’an, membaca kitab-kitab ilmu dan dengan itikad baik meningkatkan ibadah. Kita harus selalu ingat bahwa selain menyuguhkan keindahan dan kenikmatan, mata juga berpotensi besar untuk membawa kita kepada penyimpangan akhlak dan dosa.
Janganlah kita menyesalinya kelak ketika sudah di alam akhirat, ketika Allah seakan-akan heran melihat hal itu lalu berfirman, “Alangkah nyaringnya telinga mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka di kala mereka menghadap Kami. Padahal mereka di dunia seakan-akan tuli tidak dapat mendengarkan petunjuk yang di bawa Nabi dan seakan-akan buta tidak dapat melihat kebenaran dan mukjizat yang diberikan kepada Rasul-rasul. Tidak melihat kekuasaan Allah yang tampak dengan nyata pada alam semesta”. Dan dikala itu mata yang menyuguhkan maksiat dulu akan menjadi saksi atas semua perbuatan yang telah kita lakukan, lalu kita baru terperanjat dan berangan-angan untuk kembali ke dunia dan menggunakannya dijalan yang baik. Allah kemudian mengancam dalam surat Al-Haqqah 30-33, “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar”. Mudah-mudahan kita dijauhkan dari adzab Allah SWT.
Untuk itu marilah kita pergunakan mata kita di jalan Allah, di jalan yang akan menuntun kita kepada sorga-Nya. Insya Allah dengan mempergunakannya secara baik, kita tercatat sebagai hambaNya yang bersyukur dan bertaubat. Harus selalu kita ingat bahwa setiap kenikmatan yang disuguhkan oleh mata saat ini akan menyisakan setiap pertanyaan kelak di alam baka…..

Pakaian Serba Hitam Ketika Melayat

melayatAssalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.
Semoga Forsan Salaf selalu mendapatkan Rahmat & Ridha Allah Subhanahuwata’ala
Amin! Jazakumullah atas jawaban terdahulu yang betul-betul menambah pengetahuan yang dapat kami amalkn. Pada kesempatan ini anggota Jamaah kami ingin mengajukan pertanyaan sbb. : Ditempat kami banyak kami lihat orang-orang mengerti/alim mengggunakan pakaian (sarung/celana,baju dan kopiah)warna hitam kalau menghadiri kematian/ta’ziah.
Apa hukumnya ? (Sunnah,makruh,haram) atau ikut ikutan pada cara orang luar Islam.
Syukron, Wassalamualaikum.
from : Majlis Zikir Al Ikhlas, Jelojok Lombok Tengah,Nusa Tenggara Barat

FORSANSALAF menjawab : (lebih…)

Ketika Iqomah Bukan Dari Mu’adzin

adzanAssalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.
Semoga Forsan Salaf selalu mendapatkan Rahmat & Ridha Allah Subhanahuwata’ala
Amin! Jazakumullah atas jawaban terdahulu yang betul-betul menambah pengetahuan yang dapat kami amalkn.Pada kesempatan ini anggota Jamaah kami ingin mengajukan pertanyaan sbb : Apa betul seorang Mu’azzin disunnahkan untuk Iqamah sedangkan orang lain yang Iqamah hukumnya Makruh. Syukron
Wassalamualaikum.
from : Majlis Zikir Al Ikhlas, Jelojok Lombok Tengah,Nusa Tenggara Barat

FORSANSALAF menjawab : (lebih…)