assalamu’alim.wr.wb..
ana mau tanya hukumnya berbicara saat ber wudhui??
sukron..
from : arabian alawiyin <arabian1030@gmail.com>
FORSAN SALAF menjawab :
Berbicara ketika berwudhu’ tanpa ada hajat/keperluan adalah makruh bahkan dianjurkan untuk berdzikir. Jika ada keperluan, maka diperbolehkan bahkan dapat menjadi wajib jika menyangkut keselamatan orang, seperti ketika melihat orang yang hendak digigit ular atau orang buta yang akan jatuh ke dalam sumur. Begitu juga tidak makruh bagi orang yang sedang berwudhu’ mengucapkan salam atau menjawabnya, bahkan menurut pendapat syekh Zakariya al-Anshori, wajib untuk menjawabnya.
إعانة الطالبين – (ج 1 / ص 67)
(قوله: وترك تكلم) أي ويسن ترك تكلم. (قوله: في أثناء وضوئه) أي في خلال وضوئه. وعبارة المنهج القويم: وأن لا يتكلم في جميع وضوئه. اه. قال الكردي: قال في الايعاب: حتى في الذكر بعده. (قوله: بلا حاجة) أي بلا احتياج للكلام، أما معها كأمر بمعروف ونهي عن منكر فلا يتركه، بل قد يجب الكلام، كما إذا رأى نحو أعمى يقع في بئر. (قوله: بغير ذكر) متعلق بتكلم، أي ويسن ترك التكلم بغير ذكر، أما الذكر فلا يسن ترك التكلم به. قوله: ولا يكره سلام عليه) أي ولا يكره على غير المتوضئ أن يسلم عليه. (قوله: ولا منه) أي ولا يكره صدور السلام منه ابتداء. وقوله: ولا رده أي ولا يكره على المتوضئ رد السلام إذا سلم عليه. وفي ع ش ما نصه: سئل شيخ الاسلام: هل يشرع السلام على المشتغل بالوضوء وليس له الرد أو لا ؟. فأجاب: بأن الظاهر أنه يشرع السلام عليه ويجب عليه الرد. اه. وهذا بخلاف المشتغل بالغسل لا يشرع السلام عليه، لان من شأنه أنه قد ينكشف منه ما يستحي من الاطلاع عليه فلا تليق مخاطبته حينئذ.
المجموع – (ج 1 / ص 465)
ust, afwan ana mahu tanya,..sebagian orang biasanya setelah mandi masih dlm keadaan telanjang lansung wudhu,baru mengenakan pakainya.
bgmn hukmnya wudhu dlm keadaan telanjang?? apkah jawaz, makruh ?? syukron katsir team forsansalaf
@ cah jeporo, boleh mandi dalam keadaan telanjang , namun tidak pada wudhu’ setelah mandi jika tidak khawatir basah terkena cipratan air wudhu’. Adapun jika ada kekhawatiran basah akibat cipratan air wudhu’, maka diperbolehkan dalam keadaan telanjang, karena telanjang ketika keadaan sendiri diperbolehkan jika ada hajat walaupun ringan seperti takut basah.
lihat : Tuhfatul Muhtaj juz 1 hal 285
تحفة المحتاج في شرح المنهاج – (ج 1 / ص 285)
وَيَجُوزُ الْغُسْلُ عَارِيًّا قَالَ جَمْعٌ لَا الْوُضُوءُ عَقِبَهُ وَيُرَدُّ بِأَنَّ مَحَلَّهُ إذَا لَمْ يَحْتَجْ لَهُ وَإِلَّا كَخَوْفِ رَشَاشٍ يَلْحَقُ ثَوْبَهُ جَازَ لِمَا يَأْتِي مِنْ حِلِّ التَّعَرِّي فِي الْخَلْوَةِ لِأَدْنَى غَرَضٍ
Yakher……sudah sangat jelas atas penjelasanya. syukron ya ust atas jawaban serta rujukan kitabnya.
Oya ust, afwan ana masih ada kejanggalan sedikit tentang tdk d perbolehkan wudhu dlm keadaan telanjang yg tdk ada ghorod (tujuan, walaupun liadna ghorod).
Apakah hukum tdk d perbolehkan trsb, kata2 (لَا الْوُضُوءُ عَقِبَهُ) masuk dlm katagori makruh, khilaful aula atau haram??? lebih jelasanya, jika wudhu dlm keadaan telanjang yg tdk adanya tujuan tsb bgmn hukumnya ust (makruh, khilaful aula atau haram?) ?? syukron wa afwan
@ cah jeporo, berwudhu’ dalam keadaan telanjang, jika karena ada hajat/ghorod walaupun ringan (adna ghorod), maka diperbolehkan dan tidak makruh. Namun jika tidak ada hajat/tujuan sama sekali, maka mengikuti pendapat yang mu’tamad bahwa aurat laki-laki ketika sendiri yaitu menutup dua kemaluan, haram untuk telanjang. Dan jika mengikuti pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada aurat bagi laki-laki ketika sendiri, maka diperbolehkan.
Walaupun ketika sendiri diperbolehkan untuk wudhu’ dalam keadaan telanjang karena ada hajat/tujuan, akan tetapi lebih utama untuk menutupnya karena adab dengan Allah SWT.
assalamu alaikum wr.wb.
maaf ustadz. sy yg bodoh dalam hal ilmu ini ingin bertanya bgagaiman halnya bila habis jima’ kemudian kedalam kamar mandi dan kita mau mandi janabat. tentunya dalam keadaan telanjang. ini sebaik baik bagaimana apakah menutup aurot dulu? kok kayaknya ribet kali. sebaiknya bagaimana?
matur suksma (terimakasih dlm bhs bali)
wassalamualaikum wr. wb
@ ton, ketika hendak mandi setelah berhubungan badan dengan istri, maka jika tidak ada kebutuhan yang mendesak untuk membuka aurat, maka wajib untuk menutupnya. Diperbolehkannya membuka aurat karena hajat berhubungan badan hanya diwaktu berhubungan saja, adapun setelahnya maka diwajibkan kembali untuk menutup aurat.